26 Januari 2009

pesan terakhir untuk sang pengeluh!!

aduh... kok begini sih?? kok aku gak bisa jadi ini, itu, dia....??
kok aku blom punya ini?? blom punya itu...???

banyak lagi keinginan yang belum tercapai, sehingga pikiran terus melayang dan melayang, tidak ada pijakan untuk berdiri. hanya sebatas memikirkan sesuatu yang tidak perlu dipikirkan (karena jika hanya memikirkan saja, hanya membuang waktu).

perlu disadari bahwa dalam tiap diri manusia itu terdapat satu atau banyak keinginan. dan itu merupakan anugerah dari yang maha pencipta, untuk mendapatkan satu rasa, yaitu BAHAGIA.


hal ini banyak yang terfokuskan pada apa yang kita inginkan. padahal kalau kita teliti, dari mana datangnya keinginan itu? bagaimana bisa ada pada diri kita? mengapa keinginan itu timbul? dan kapan keinginan itu terkabulkan?

Sang Pencipta memberikan "sebuah" anugrah yang kita sebut keinginan. hal itu merupakan dasar dari permasalahan. keinginan itu akan ada, kalau anugrah yang lainnya kita pergunakan :

Telinga. mendengarkan pembicaraan orang lain atau mendengar dari informasi audio, mengenai sesuatu hal, baik berupa barang, alat, pekerjaan, wanita, pria, dan banyak lagi, sehingga dari pembicaraan itu menggugah hasrat untuk memiliki.

Mata. dengan melihat sesuatu yang pada saat itu terlihat, mengamati bentuknya, memperhatikan keelokannya, sehingga menimbulkan keinginan.

Rasa. sesuatu yang telah kita dengar, terlihat, dan tercium harumnya sesuatu, maka akan timbul rasa. ada yang bersifat imajinatif atau pada saat itu mengalami sesuatu hal yang baru tersebut.

hal ini sangat berkesinambungan antara telinga, mata dan rasa, sehingga keinginan tersebut muncul dan terus mengorek untuk selalu di rasakan kenikmatannya.

satu hal penting untuk mewujudkan keinginan yang ada dalam diri kita adalah "membaca". sangat luas arti dasar dari membaca, bisa di katakan membaca lingkungan, membaca fisik diri, membaca keadaan, membaca situasi sekarang yang pada saat ini terjadi, HARI INI, jam ini, menit ini, dan detik ini. perlu diketahui bahwa keinginan akan terwujud kalau kita sadar bahwa kefasihan membaca adalah segalanya.

membaca juga belum tentu benar - benar berkenaan dengan keinginan. bisa jadi kita memaksakan keinginan tersebut agar cepat terlaksana, dan mungkin kita mengabaikannya. hal ini sangat berpengaruh pada bacaan yang ada di sekeliling kita.

saya ambil contoh kecil, di pagi hari saya sedang enak - enaknya duduk di kursi sambil baca koran [dan itu hanya judulnya saja :D]. tiba - tiba teringat akan sesuatu yang dibutuhkan untuk kenyamanan yang lebih lengkap. saya butuh segelas kopi susu. saya lihat jam dinding menunjukkan pukul 9.00. oke, saya bisa menuju ke warung terdekat, karena jam 9.00 biasanya warung tersebut sudah buka. saya lihat isi dompet saya, ternyata tidak cukup untuk untuk beli kompi susu!!. wah... hari ini tidak bisa mewujudkan kenyamanan untuk baca koran. jadi saya kembali lagi ke kursi dan membaca koran lagi.

hari besoknya, saya baca koran lagi, dan teringat kurang nyaman kalau tidak ada kopi susu. sekarang uang saya sudah cukup untuk membeli kopi susu. saya lihat jam dinding, pukul 8.00. dan warung terdekat belum buka pada jam itu. saya tunggu, duduk, baca koran, tanpa segelas kopi susu. pukul 9.00 saya pergi ke warung, beli kopi susu. kembali lagi ke kursi dan ambil koran, tapi koran hari ini sudah di baca. akhirnya kopi susu pun tidak jadi di seduh, dan saya mengerjakan yang lain.

hari selanjutnya, saya seduh kopi susu, duduk, dan baca koran. sempurna lah kenyamanan baca koran hari ini.

kalau diperhatikan cerita diatas, sepertinya sama dengan pepatah : "hidup seperti air yang mengalir di sungai". terus mengalir seperti tidak ada hambatan. tapi kalau cerita di atas ada pemaksaan sedikit saja, akan mengakibatkan ganjalan yang sedikit pula. maksudnya, jika pada saat "membutuhkan segelas kopi susu" tersebut di paksakan pada saat itu harus ada, maka ceritanya pun berbeda. akan ada perselisihan antara diri sendiri, dan mengakibatkan penumpukkan amarah.

penumpukan amarah, kalau di sadari secara cermat akan menimbulkan berbagai rasa yang bergejolak. marah. galau. cemas. iri. malu... yang membuat kita menjadi "sang pengeluh". kalau kita hubungkan dengan agama, firman Allah swt dalam surat Al A'raaf ayat 5 :

" maka tidak adalah keluhan mereka diwaktu datang kepada mereka siksaan Kami, kecuali mengatakan : "sesungguhnya kami adalah orang - orang yang dzalim"."

nah lho!!! kok tidak ada keluhan??? jadi apa hubungannya dengan cerita tadi??

betul!! kalau diperhatikan, keluhan itu tidak ada, yang ada hanyalah siksaan dari-Nya. jadi kalau kita dalam kondisi mengeluh, itu artinya kita sedang "disiksa". mengapa? karena pikiran kita tidak jernih lagi, karena kita tidak memperhatikan keadaan lagi, karena kita sedang mengikuti hawa diri. tapi pada saat kita menyadari bahwa kita sedang mengeluh, menghentikan keluhan dan mengatakan : "sesungguhnya kami adalah orang - orang yang dzalim" maka berhenti lah siksaan dari-Nya.

jadi... janganlah menjadi sang pengeluh, karena mengeluh itu adalah sebuah siksaan. [itulah pesan terakhir untuk sang pengeluh]

lah... jadi kumaha atuh?? lieur...

heuhuehueh.. ulah atuh ari lieur mah.

tos heula ah...

nuhun.

A"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar